Sampah Plastik Serta Efeknya Pada Perekonomian dan Lingkungan
By administrator | World News | No Comments
Sampah plastik ada dimana-mana. Plastik mencekik dan membuat satwa liar kelaparan, menyebarkan kuman dan racun, dan dimakan oleh ikan dan akhirnya manusia. Bahkan di udara yang kita hirup.
Plastik tidak dapat terurai secara alami. Satu-satunya cara untuk menghilangkannya secara permanen adalah dengan dibakar. Tapi, membakar plastik akan mengotori udara dan menimbulkan penyakit paru.
Plastik merupakan bahan yang populer karena sifatnya yang fleksibel, ringan, dan kuat. Karena sifatnya ini membuatnya ideal untuk kemasan, penggunaan terbesarnya. Plastik juga biasa digunakan di dalam pakaian dan barang sekali pakai seperti sedotan.
Jika masalah sampah plastik bisa diselesaikan, plastik akan menjadi bentuk kemasan yang lebih unggul dari karton, logam, atau kertas. Penggunaannya akan mengurangi limbah makanan. Dan karena ringan, biaya angkutnya akan mengkonsumsi lebih sedikit bahan bakar.
Apa itu Mikroplastik?
Mikroplastik adalah partikel plastik yang sangat kecil, lebih kecil dari sebutir pasir maupun selebar rambut manusia. Sebagian besar mikroplastik berasal dari degradasi barang plastik yang terbuang tanpa di daur ulang.
Ikatan unsur dari sebagian besar plastik sangat kuat secara kimiawi, sehingga mereka tahan untuk terurai di tanah atau air. Mikroplastik mungkin menjadi cukup kecil untuk memasuki aliran darah manusia.
Laut kita terkontaminasi oleh 8,3 juta keping mikroplastik per meter kubik air. Peneliti telah menemukan antara 15% hingga 31% dari semua plastik di lautan berasal dari sumber primer. Yaitu partikel kecil yang dilepaskan dari produk rumah tangga dan industri. Sekitar 35%-nya berasal dari tekstil sintetis, seperti nilon dan bulu domba sintesis. Ketika bahan-bahan ini dicuci, serat-seratnya masuk melalui fasilitas pengolahan air dan masuk ke laut.
Tambahan 28% berasal dari ban yang melepaskan partikel plastik saat terkikis. Selanjutnya 24% berasal dari debu kota. Sisanya 13% berasal dari marka jalan, produk perawatan tubuh, dan microbeads plastik. Semuanya masuk ke laut melalui darat (66%), air limbah (25%), dan angin (7%).
Lebih dari 1.000 metrik ton mikroplastik jatuh dari langit, bersama dengan debu dan hujan. Bahkan air hujan di Taman Nasional Gunung Rocky terpolusi oleh mikropartikel, terutama serat yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa rata-rata orang Amerika memakan 39.000 hingga 52.000 partikel plastik dalam makanan mereka setiap tahun, dan itu hanya salah satu cara partikel tersebut dicerna.5 Banyak bahan kimia dalam partikel ini berdampak negatif pada kesehatan manusia, menyebabkan kanker, anemia, dan gangguan neurodegeneratif .
Penyebab Polusi Sampah Plastik
Pencemaran plastik disebabkan oleh tempat pembuangan sampah yang tidak memadai. Secara global, lebih dari 8 miliar metrik ton plastik telah diproduksi sejak penggunaan skala besar pertama pada 1950-an.
Sekitar 6,3 miliar metrik ton di antaranya telah berubah menjadi sampah; dari jumlah itu, hanya 9% yang didaur ulang dan 12% dibakar. Sisanya dibuang ke tempat pembuangan sampah, sungai, dan lautan. Namun, karena daya tahannya yang kuat, terutama kemasan plastik, menjadikannya susah hilang. Butuh ratusan hingga ribuan tahun untuk terurai.
Pada tahun 2050, diperkirakan akan ada 12 miliar metrik ton sampah plastik.
Pada 1 Januari 2018, Tiongkok berhenti menerima plastik bekas untuk didaur ulang.
Itu dilakukan karena sebagian besar barang daur ulang yang diterima dari negara lain seperti AS terkontaminasi. Hal ini membuat fasilitas daur ulang China kewalahan dan mengancam lingkungannya. Akibatnya, pemerintah setempat mengakhiri program daur ulang mereka.
Efek Polusi Sampah Plastik
Sekitar 60% hingga 80% dari semua sampah laut adalah plastik. Survei tahun 2014 menemukan bahwa ada lebih dari 5 triliun keping plastik mengambang di lautan dunia. PBB melaporkan bahwa 13 juta metrik ton plastik berakhir di lautan setiap tahun.
Polusi plastik menyebabkan kerugian ekonomi sebesar $13 miliar pada ekosistem laut. Ini termasuk kerugian bagi industri perikanan dan pariwisata, serta biaya untuk membersihkan pantai. Misalnya, Pulau Geoje Korea Selatan kehilangan 63% wisatawannya setelah sampah laut terdampar di pantainya.
Plastik melarutkan bahan kimia, termasuk pewarna, logam, dan penghambat api. Ini adalah racun bagi mikroorganisme penghasil oksigen.
Mikroorganisme utama yang terkena dampak sampah plastik adalah picoplankton prochlorococcus. Organisme fotosintesis paling melimpah di bumi. Ia bekerja menghasilkan 10% oksigen di planet ini. Ketika mikroba ini mati, mereka berhenti memproduksi oksigen, menciptakan zona mati dan mencekik kehidupan laut. Mereka juga berhenti menyerap karbon dioksida, memperburuk pemanasan global.
Solusi untuk Polusi Plastik
Untuk mengatasi masalah yang meluas ini, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) meluncurkan Kampanye Laut Bersih. Tujuannya adalah untuk menghilangkan mikroplastik dari produk perawatan pribadi. Mereka juga melarang atau mengenakan pajak pada kantong plastik sekali pakai. Sekaligus mengkampanyekan hilangnya barang-barang plastik sekali pakai pada tahun 2022. Enam puluh negara telah bergabung dengan inisiatif ini sejak Juni 2020.
Berikut adalah beberapa alternatif lain untuk mengurangi sampah plastik yang tidak dapat terurai.
Mendaur ulang
Hanya 10% dari sampah plastik yang terbuang telah didaur ulang. Sisanya terkontaminasi dengan makanan dan berakhir di tempat pembuangan sampah. Tetapi sebagian besar jenis plastik tidak dapat didaur ulang.
Peraturan Ketat
Pada 28 Mei 2018, Komisi Eropa mendesak 28 anggota Uni Eropa untuk menyetujui larangan penggunaan plastik sekali pakai. Pada 24 Oktober 2018, Parlemen Eropa menyetujui aturan tersebut. “Petunjuk Plastik Sekali Pakai” Uni Eropa bertujuan untuk mendaur ulang 90% dari semua botol plastik. Larangan plastik sebagai pengaduk minuman, peralatan makan, piring, dan sedotan.
Meskipun 127 negara memiliki beberapa jenis peraturan tentang penggunaan plastik, hanya sedikit yang benar-benar melarang. Di A.S., hanya delapan negara bagian yang melarang kantong plastik sekali pakai.
Pendekatan Komprehensif
Usulan Break Free from Plastic Pollution Act of 2020 di AS akan menempatkan tanggung jawab pengelolaan sampah plastik pada produsen. Jika undang-undang tersebut berlaku, akan ada pajak nasional untuk tas sintetik dan tawaran uang kepada pelanggan yang mengembalikan sampahnya.
Pajak Pigouvian, dikenakan pada aktivitas yang menciptakan eksternalitas yang merugikan secara sosial. Biaya eksternalitas ini tersebar ke seluruh masyarakat, tetapi pajak mengembalikan sebagian dari biaya ini kepada orang yang melakukan aktivitas tersebut.
Jika disetujui, undang-undang tersebut akan menghapus secara bertahap banyak plastik sekali pakai, seperti peralatan makan pada 1 Januari 2022. Ini juga akan membatasi berapa banyak sampah plastik yang dapat diekspor ke negara lain.
Insinerator Sampah menjadi Energi
Banyak negara Eropa membakar plastik di pembangkit limbah menjadi listrik (WTE). Jumlahnya pun terus bertambah. Pembangkit ini menggunakan panas untuk membuat uap guna menghasilkan listrik. Teknologinya membakar sampah plastik pada suhu 850 derajat Celcius. Membuatknya efisien membakar limbah sekaligus menurunkan tingkat polusi udara. Pabrik mereka juga memiliki teknologi penyaringan cerobong asap yang canggih untuk menghilangkan emisi beracun. Sehingga tidak berbahaya karena tidak dilepas ke kota.
Solusi Recyclable Packaging Dengan BioPigmenia
BioPigmenia, memfasilitasi produksi plastik kemasan yang lebih cepat terurai dari plastik biasa. Prosesnya cepat dan menguntungkan. BioPigmenia merupakan aditif yang akan menguraikan sampah plastik kemasan Anda 100 kali lebih cepat dan dapat didaur ulang.
Polusi plastik di Bumi sudah sangat kritis, tidak ada waktu yang terbuang untuk mengembangkan solusi green packaging untuk mengatasinya. Seperti yang telah dikembangkan para pebisnis dan ilmuwan, prosesnya seringkali tidak mudah atau murah. Diperlukan teknologi baru dan investasi baru — kabar baiknya, sekarang Anda bisa mendapatkannya dari kami.
disadur dari thebalancesmb.com
Leave a Comment