Mengurangi Plastik di Laut dan Menjaga Ekosistemnya
By administrator | World News | No Comments
Pada tahun 2020, perhatian dunia beralih ke pandemi COVID-19. Tetapi banyak yang lupa pada masalah yang lebih luas. Hilangnya alam dan ekosistem di laut akibat sampah plastik. Perubahan iklim, krisis planet. Semuanya menghancurkan alam dan mengancam masa depan kita.
Banyak gerakan mengurangi polusi di darat. Tetapi kita tidak boleh melupakan samudra biru yang luas – salah satu aset negara selain hutan belantara yang tersisa di planet ini.
Jasa ekosistem laut memberi kontribusi lebih dari 60 persen kehidupan di bumi. Mereka mendukung mata pencaharian lebih dari tiga miliar orang. Juga sekutu penting dalam perang melawan perubahan iklim.
Namun laut kita diserang oleh pola konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan. Mereka telah menjadi tempat pembuangan semua masalah polusi, dari plastik hingga bahan kimia beracun.
Plastik mewakili proporsi sampah di laut terbesar, paling berbahaya, dan paling persisten. Dampak langsung sampah plastik diperkirakan merugikan negara sebesar USD 500 hingga USD 2.500 miliar per tahun.
Jika kita ingin berdamai dengan alam, kita harus mengubah hubungan kita dengan lautan dan perairan. Kali ini, kita akan membahas lima tindakan yang dapat kita lakukan untuk mulai membuat lautan kita bebas dari plastik.
Tindakan Mencegah Polusi Plastik di Laut
Pertama, kita perlu menangani limbah terkait COVID-19.
Masker, APD, sarung tangan, dan barang-barang penanggulangan COVID-19 ini mengancam laut, – terutama di negara-negara dengan infrastruktur pengelolaan sampah yang lemah.
Sebagian besar masker langsung dibuang ke TPA. Masker sekali pakai sekarang dapat kita temui di berbagai pesisir pantai diseluruh penjuru dunia.
Sementara itu, peningkatan layanan antar makanan online dan belanja online juga meningkatkan penggunaan plastik. Pasar kemasan plastik global diproyeksikan tumbuh dari USD 909,2 miliar pada 2019 menjadi 1.012,6 miliar pada 2021.
Selain mengatasi pandemi, kita juga perlu mencari cara bagaimana mengurangi pembuangan plastik dan APD secara sembarangan. Simpan limbah masker pada botol plastik bekas dan beri label sebelum membuangnya ke TPA.
Mendukung upaya organisasi maupun pemerintah untuk menanggulangi plastik.
Regulasi adalah salah satu alat utama yang harus digunakan oleh pemerintah. Di Afrika, 34 dari 54 negara telah memberlakukan larangan terhadap plastik sekali pakai. Negara-negara yang menghadapi keterbatasan dalam mengekspor sampah plastik harus berinovasi. Negara pengimpor kini hanya bisa menerima sampah plastik yang mudah didaur ulang.
Komunitas internasional berupaya untuk mengembangkan karya Ad hoc tentang sampah plastik di laut dan mikroplastik.
Upaya nasional dan regional harus didukung oleh kolaborasi global di seluruh publik dan swasta. Kolaborasi dapat mendorong ambisi, menggalang kemauan politik, dan yang terpenting, membuka kunci pengurangan limbah dalam skala besar.
Rencana harus didasarkan pada teknologi, ilmu pengetahuan, dan sesuai dengan kondisi lokal.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempercepat intervensi hulu dan hilir yang inovatif. Misalnya teknologi alternatif plastik ramah lingkungan.
Tetapi kita harus sadar bahwa tidak ada solusi yang cocok untuk semua. Geografis yang berbeda dan kategori plastik yang berbeda memerlukan solusi yang berbeda pula.
Negara-negara berpenghasilan tinggi harus memprioritaskan penurunan konsumsi plastik secara drastis, menghilangkan kebocoran mikroplastik di laut, memperbaiki desain produk, dan meningkatkan laju daur ulang.
Sedangkan negara-negara berpenghasilan menengah kebawah harus memprioritaskan pengumpulan limbah, memaksimalkan pengurangan dan penggantian, berinvestasi dalam infrastruktur pemilahan dan daur ulang, dan memotong kebocoran pasca-pengumpulan.
Mencari Alternatif Ramah Lingkungan
Kondisi market harus berubah mengikuti prosedur berkelanjutan.
Sektor swasta dan pebisnis dapat mendorong perubahan. Kita membutuhkan inovasi, kerjasama dan pembiayaan. Model inovatif, misalnya, kemasan yang dapat digunakan kembali tidak boleh dianggap sebagai produk limbah. Industri manapun berinovasi. Konsumen harus dilibatkan sehingga mereka dapat membuat pilihan lebih ‘hijau’.
Perusahaan juga harus mengurangi ketergantungan pada plastik biasa, saatnya beralih ke plastik ramah lingkungan, mempromosikan plastik daur ulang, dan membuat model bisnis memusatkan pada perekonomian berkelanjutan.
Ambil langkah sekarang jika ingin melindungi lautan kita, bersama-sama.
Pada akhirnya, kita akan bertanggung jawab atas kebiasaan membuang sampah plastik sembarangan. Masyarakat harus bersatu – lintas pemerintah, swasta, dan warga negara lain – untuk menjauh dari pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan.
2021 dapat menjadi tahun dimana ekonomis sirkular berjalan demi penanggulangan polusi plastik di laut Indonesia. Pemerintah juga mengadakan program Indonesia Emas 2045, dimana mengusahakan agar generasi muda menjadi penggebrak masa depan Indonesia bersih dan berkelanjutan.
Kita dapat menciptakan lautan yang bersih dengan mengurangi sumber polusi. Laut Indonesia yang kita inginkan bersama adalah laut tanpa plastik di biotanya, ekosistem dipulihkan, dan dikelola. Laut yang produktif, mendukung ekonomi negara.
disadur dari worldenvironmentday
Leave a Comment