Sering Ganti Ponsel? Bisa Jadi Anda Penyumbang Limbah E-Waste
By administrator | Berita Nusantara | No Comments
Apa itu E-Waste?
Dengan ketersediaan teknologi baru yang semakin meluas dan terus berkembang, masalah limbah elektronik menjadi masalah yang berkembang pesat. Limbah elektronik (e-waste) didefinisikan sebagai peralatan listrik dan elektronik yang telah rusak dan tidak dipakai Lagi oleh pemiliknya. Contohnya komputer, peralatan elektronik kantor, ponsel, televisi, charger, laptop, kulkas, dan hair dryer.
Kapan terakhir kali Anda beli handphone? Industri teknologi dan elektronik berlomba-lomba meluncurkan model baru tiap setengah tahun sekali bahkan kurang. Hal ini juga diimbangi oleh meningkatnya antusias konsumer terhadap barang canggih dan mewah.
Masalah ini juga memicu risiko kesehatan global untuk daerah perkotaan. Setiap tahunnya sekitar 50 juta ton limbah elektronik dibuang, dan sebagian dikirim ke negara-negara di Asia dan Afrika. Di Indonesia juga termasuk. Banyak negara lain yang membuang limbah e-waste ke Indonesia secara ilegal dengan alasan bantuan kemanusiaan. Padahal usia barang elektronik yang mereka ‘sumbang’ sangat pendek. Bahkan tidak dapat digunakan sama sekali.
Mendaur Ulang Plastik Limbah E-Waste Dengan Cara Lebih Mudah
Staf khusus mentri lingkungan hidup juga menyatakan limbah e-waste mengandung zat berbahaya dan beracun (B3). E-waste dapat menyebabkan pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Karena sifatnya tersebut, terjadi banyak kasus pengiriman sampah elektronik dan negara maju ke negara berkembang.
Limbah e-waste memiliki karakteristik yang berbeda dengan Iimbah pada umumnya. Selain memiliki berbagai bahan berbahaya, limbah elektronik juga mengandung banyak bahan yang berharga dan bernilai. Karena itu, limbah tipe ini sering didaur ulang.
Daur ulang limbah e-waste dapat mengambil 90-95% bahan yang dapat digunakan kembali. Namun, praktik usaha dalam pendaur ulangan limbah elektronik menjadi tidak aman karena kurangnya dana dan sumber daya. Praktik yang tidak aman ini melepaskan zat beracun seperti kadmium, penghambat api brominasi, timbal, dan merkuri ke dalam tanah. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di kawasan daur ulang di Afrika misalnya, menegaskan tingginya kadar timbal dalam tanah yang didominasi oleh terbakarnya plastik penutup barang-barang elektronik tersebut.
Aditif Plastik Yang Memungkinkan Daur Ulang Tanpa Penggantian Mesin
Penyakit seperti sakit punggung, luka bakar, infeksi, mual kronis, sakit kepala, serta masalah dada dan pernapasan semuanya disebabkan oleh polusi udara beracun dan lingkungan kerja yang berbahaya. Asap dari tempat ini juga berbahaya untuk anak-anak karena racun diketahui menghambat perkembangan sistem saraf, sistem reproduksi, dan otak. Ditemukan 80% anak yang tinggal di daerah ini memiliki kadar timbal yang sangat tinggi dalam darah mereka.
Racun dan bahan kimia ini tidak hanya menjadi ancaman bagi kesehatan manusia, tetapi juga rantai makanan. Bahan kimia beracun yang dilepaskan dari lokasi daur ulang limbah e-waste masuk ke dalam tanah hingga menembel pada makanan. Hewan ternak merumput dan berkeliaran dengan bebas di dekat lokasi pembuangan yang selanjutnya meningkatkan jumlah racun yang memasuki rantai makanan.
Jika dibiarkan hal ini akan berlanjut pada kerusakan sistem kekebalan dan kanker pada manusia yang mengkonsumsi hewan ternak tersebut. Sudah saatnya pemerintah dan warga bekerja sama memilah sampah elektronik dan memberi lokasi dan struktur yang baik terhadap pengolahan limbah e-waste. Daur ulang adalah solusi yang baik untuk mengurangi zat beracun dari sampah tersebut. Namun, masih perlu peninjauan yang lebih lanjut soal penanganannya.
Leave a Comment