bongkahan sampah plastik medis

Saat Ini, Manusia Tidak Bisa Hidup Tanpa Plastik

By administrator | Berita Nusantara | No Comments

Plastik ada di mana-mana.

Plastik membuat alat-alat kesehatan menjadi lebih bersih dan aman, menolong sebagian penyandang cacat untuk hidup lebih mandiri, menjaga kemasan makanan agar aman, memiliki harga relatif murah, beratnya yang lebih ringan dari material lain, serta bisa mengurangi emisi karbon dalam transportasi.

Disamping kelebihan-kelebihan tersebut, sampah plastik juga ada di mana-mana.

Disaat mikro-plastik kecil menyelimuti dunia secara tidak kasat mata, sampah plastik yang berukuran lebih besar mencemari berbagai pesisir pantai, membunuh binatang laut seperti kura-kura dan menghancurkan ekosistem penting, termasuk pariwisata dan perikanan.

Di darat  partikel plastik mencemari tanah, menyusup hingga rantai makanan, dan bahan kimia beracun yang larut dalam air tanah. Saat berada di lingkungan, kebanyakan plastik tidak bisa terurai dengan sendirinya.

Di tahun 2025, rasio plastik dengan ikan di laut diperkirakan akan mencapai 1:3. Dimana jumlah plastik akan terus bertambah menjadi 250 juta ton, sementara jumlah ikan akan menyusut drastis.

Temuan-temuan ini membuat kita lebih sering mendengar kampanye anti-plastik. Seperti gerakan membawa botol minum sendiri, membawa tas belanja sendiri, sampai gerakan tanpa sedotan plastik.

Jika terlalu jauh, kampanye “Kurangi Plastik” membuat sebagian orang mengira hidup tidak boleh lagi menggunakan plastik. Tidak sedikit orang yang mencela kampanye tersebut dengan pertanyaan: Bisakah Anda hidup tanpa plastik?

Faktanya, kita tidak dapat hidup tanpa plastik.

“Manusia hidup tanpa plastik itu tidak mungkin. Tidak mungkin menyingkirkan seluruh ragam plastik,” kata sosiolog Dwi Winarno terhadap CNNIndonesia.com.

Saat ini plastik ialah bahan sintetis yang tidak bisa digantikan keberadaannya. Alat dan keperluan lain masih mengaplikasikan bahan yang terbuat dari plastik. Dikarenakan, alat atau bahan dari plastik lebih murah dan relatif bertahan lama.

Alih-alih hidup tanpa plastik, kata Dwi, yang bisa diterapkan banyak orang ialah membatasi jumlah dan peredaran plastik untuk mencegah efek membahayakan dari pemakaian plastik.

Pegiat lingkungan Muharram Atta juga berpendapat senada, ia mengatakan bahwa masyarakat harus terampil memilah plastik yang digunakan. Plastik sekali pakai yang tidak bisa didaur ulang harus ditinggalkan. Jenis plastik seperti inilah yang sering ditemukan di lautan.

“Kalau industri masih terus produksi plastik sekali pakai, ini tidak akan menyelesaikan masalah,”  tambah Atha, yang juga aktif dalam aktivitas dengan Greenpeace.

Fitria Ariyani, Direktur Bank Sampah Nusantara LPBI NU, memberi masukan supaya masyarakat merubah gaya hidupnya menjadi ramah lingkungan. Gaya hidup ini dapat dterapkan dengan tidak menggunakan plastik sekali pakai, contohnya membawa botol minum, sedotan dan tas belanja sendiri.

“Kita kembali lagi, deh, pakai tas tradisional. Masih pada berani apa enggak? Bertahap saja, enggak usah zero, minimal less, sudah bermanfaat. Satu langkah kecil, dampaknya luar biasa,” papar Fitria.

Barang plastik yang bisa didaur ulang berkali-kali masih layak untuk dipakai.

Sementara itu selain dari sisi masyarakat, produsen plastik turut diminta untuk bertanggung jawab. Produsen plastik dianjurkan untuk mengurangi atau tidak memproduksi plastik sekali pakai.

Greenpeace menjelaskan bahwa tanpa pemberhentian produksi plastik dari perusahaan, masyarakat akan terus menggunakan plastik.

Gerakan para aktivis-aktivis lingkungan yang tidak lagi mengaplikasikan plastik sekali pakai juga disebut membuat perusahaan berpikir ulang untuk memproduksi plastik.

Selanjutnya, peran pemerintah dalam membuat kebijakan untuk membatasi dan mengendalikan pemakaian plastik juga berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat menjadi lebih “less plastic”.

“Untuk melakukan perubahan sosial, salah satu caranya adalah lewat jalur hukum. Ini alat untuk merekayasa interaksi manusia,” kata Dwi.

Pemerintah dianggap cakap dalam penerapan kebijakan plastik berbayar serta peraturan tegas untuk produsen dalam mengendalikan pemakaian plastik.

Konten disadur dari cnnindonesia.com

Dalam mengurangi limbah plastik, BioPigmenia hadir sebagai salah satu solusi.

BioPigmenia membantu jenis plastik seperti Poly Propylene (PP), Poly Ethylene (PE), Polyethylene Terephthalate (PET), Polyester dan resin plastik lainnya menjadi lebih mudah terurai tanpa menyebabkan mikroplastik. Produk plastik yang telah dicampur oleh aditif kami dapat terurai jauh (atau ratusan kali) lebih cepat dibanding jenis plastik biasa.

Keunggulan lainnya, plastik dengan produk BioPigmenia dapat terurai di lapisan tanah aerobik maupun anaerobic. Selain itu, produk plastik yang telah menggunakan additive BioPigmenia dapat didaur ulang untuk mengurangi banyaknya sampah plastik sekali pakai.

Untuk penjelasan lebih lanjut, kunjungi website kami https://biopigmenia.com/ atau hubungi customer service kami di email info@biopigmenia.com

Leave a Comment