
Peningkatan Jumlah Sampah Plastik selama Pandemi Covid-19
By administrator | Berita Nusantara | No Comments
Produksi alat pelindung diri atau APD meningkatkan pertumbuhan polusi sampah plastik selama pandemi.
Menanggapi tingginya permintaan APD di kalangan masyarakat umum, petugas kesehatan dan petugas kebersihan, produksi masker sekali pakai di China mencapai 110 juta hingga 300 juta per hari pada bulan Februari, angka ini mencapai 12 kali lipat dari jumlah normal produksi biasanya sebelum pandemi.
Jika seluruh negara diminta WHO untuk memenuhi standar masker sekali pakai hingga lockdown berakhir, epidemi dapat menyebabkan peningkatan sampah sebanyak 12 miliar masker wajah dan 65 miliar sarung tangan per bulannya.
Pusat wabah Covid-19, yaitu rumah sakit di Wuhan telah menghasilkan lebih dari 240 ton limbah medis berbasis plastik sekali pakai (seperti masker sekali pakai, sarung tangan, dan baju APD) pada puncak epidemi. Sangat jauh dari rata-rata harian sebelum wabah dimulai.

Jika peningkatan jumlah sampah plastik yang diamati di Wuhan juga terjadi di tempat lain, seperti di Amerika Serikat misalnya, total limbah yang dapat dihasilkan dalam waktu dua bulan akan setara seperti limbah yang dihasilkan dalam satu tahun penuh.
Belum lagi pilihan para masyarakat yang dalam mengisolasi diri secara pribadi. Mereka juga meningkatkan permintaan akan plastik. Kotak makanan kemasan hasil delivery dan take-away menyumbang 1.400 ton tambahan sampah plastik selama 8 minggu lockdown di Singapura. Ukuran pasar pembuat kemasan plastik global diperkirakan akan tumbuh dari 909,2 miliar dolar pada tahun 2019 menjadi 1.012,6 miliar dola pada tahun 2021, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 5,5% yang semuanya adalah efek dari pandemi.
Krisis Kesehatan dunia saat ini memberikan lebih banyak tekanan pada praktik pengelolaan limbah, mengarah ke strategi pengelolaan yang tidak tepat, termasuk metode pembakaran sampah, tempat pembuangan sampah langsung, dan TPA pusat. Sejauh ini penyumbatan diberbagai saluran air dan pantai disebabkan oleh sampah plastik terkait Covid-19, yang juga berkontribusi besar pada perputaran limbah mikroplastik.

Di tingkat regional dan nasional, kesehatan masyarakat lebih diutamakan ketimbang kebersihan lingkungan. Hal ini menjadikan banyaknya kebijakan untuk mengurangi plastik sekali pakai tertunda. Akibatnya, permintaan bahan plastik daur ulang menurun, keuntungan industri daur ulang juga menurun sementara jejak karbon plastik meningkat.
Dunia membutuhkan komitmen segera dan terkoordinasi untuk pendekatan ekonomi makro, termasuk praktik daur ulang dan kebijakan ketat terhadap polusi plastik. Perusahaan harus melanjutkan upaya mereka untuk membatasi penggunaan plastik dan meningkatkan produksi di daur ulang plastik untuk memenuhi tanggung jawab sosial dan lingkungan mereka.
Tanpa adanya upaya konkret untuk melindungi lingkungan selama dan setelah pandemi, kita tidak dapat mencapai pembangunan yang berkelanjutan seperti yang diharapkan PBB.
Disadur dari : science.sciencemag.org

Sebagai salah satu solusi pengurangan limbah plastik, perusahaan-perusahaan plastik membutuhkan cara yang tepat untuk mebuat produk plastik mereka lebih ramah lingkungan.
BioPigmenia membantu jenis plastik seperti Poly Propylene (PP), Poly Ethylene (PE), Polyethylene Terephthalate (PET), Polyester dan resin plastik lainnya menjadi lebih mudah terurai tanpa menyebabkan mikroplastik. Produk plastik yang telah dicampur oleh aditif kami dapat terurai jauh (atau ratusan kali) lebih cepat dibanding jenis plastik biasa.
Keunggulan lainnya, plastik dengan produk BioPigmenia dapat terurai di lapisan tanah aerobik maupun anaerobic. Selain itu, produk plastik yang telah menggunakan additive BioPigmenia dapat didaur ulang untuk mengurangi banyaknya sampah plastik sekali pakai.
Untuk penjelasan lebih lanjut, kunjungi website kami https://biopigmenia.com/ atau hubungi customer service kami di email info@biopigmenia.com
Leave a Comment